Khamis, 21 Jun 2012

politik

Profile

Nurul Izzah Anwar merupakan Ahli Parlimen Lembah Pantai di bawah naungan Parti KeADILan Rakyat (PKR). Beliau menang di dalam pilihanraya umum pada 8 Mac 2008 lalu, menewaskan calon Barisan Nasional, Datuk Seri Shahrizat Abd. Jalil. Beliau merupakan puteri sulung kepada Dato’ Seri Anwar Ibrahim, mantan Timbalan Perdana Menteri Malaysia dan Datuk Seri Wan Azizah Wan Ismail, Presiden PKR.

Kehadiran Nurul Izzah ke dalam lapangan politik negara sudah bermula sejak 1998 lagi, iaitu semasa beliau aktif mendukung agenda Reformasi, yang memperjuangkan perubahan dalam sistem politik dan ekonomi yang dikekang oleh rasuah dan salahguna kuasa. Beliau pernah menerima gelaran Puteri Reformasi di atas perjuangan mempertahankan maruah dan kebebasan bapanya, di samping tahanan-tahanan politik di Malaysia lainnya.

Menerusi aktiviti antarabangsa yang beliau ceburi, beliau berkesempatan menghadiri konvensyen yang memperjuangkan hak-hak asasi manusia, termasuklah Suruhanjaya Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa Bersatu. Beliau juga, bersama teman-teman dari badan-badan bukan kerajaan seperti SUARAM (Suara Rakyat Malaysia) dan ALTSEAN BURMA sempat mengadakan rapat umum bersama pelajar-pelajar Malaysia dan luar Negara di universiti-universiti seluruh dunia untuk mengetengahkan isu ketempangan demokrasi di Malaysia.
Beliau juga telah menyumbang dalam penulisan Global Health Watch 2 (2008), sebuah penerbitan laporan alternatif kesihatan sedunia, dan bergiat aktif dalam kumpulan Women Leaders Intercultural Forum (WLIF) kelolaan bekas Presiden Ireland, Mary Robinson dari tahun 2005-2007.

Memiliki ijazah sarjana muda di dalam bidang Kejuruteraan Elektrikal & Elektronik dari Universiti Tenaga Nasional, beliau kemudiannya menyambung pengajian di peringkat sarjana di School of Advanced International Studies (SAIS), Universiti Johns Hopkins, Washington, D.C. di dalam bidang Kajian Asia Tenggara, Hubungan Antarabangsa.

Beliau telah mendirikan rumahtangga dengan Raja Ahmad Shahrir dan mereka telah dikurniakan dua orang cahayamata, Raja Nur Safiyah dan Raja Harith.

politik


Benazir Bhutto


BIODATA
Lahir : Karachi, Pakistan, 21 Juni 1953
Jabatan : Mantan Perdana Menteri Pakistan
Partai Politik : Partai Rakyat Pakistan (PPP)
Ayah : Zulfikar Ali Bhutto
Suami : Asif Ali Zardari
Anak :
  • Bilawal
  • Bakhtawar
  • Asifa
Pendidikan :
  • Taman Kanak-kanak Lady Jennings
  • Convent of Jesus and Mary di Karachi
  • Rawalpindi Presentation Convent
  • Jesus and Mary Convent di Murree
  • Gelar dalam Ilmu Politik dari Radcliffe College di Universitas Harvard (April 1969 - Juni 1973)
  • Gelar Magister dalam Filsafat, Politik, dan Ekonomi dari Universitas Oxford (Lulus Tahun 1973)
Karir :
  • Pemimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP, 1984)
  • Perdana Menteri Pakistan (2 Desember 1988 - 6 Agustus 1990 dan 18 Juli 1993 - 5 November 1996)
Buku :
  • Benazir Bhutto, Foreign Policy in Perspective (1978)
  • Benazir Bhutto, The Way Out : Interviews, Impressions, Statements, and Messages, Mahmood Publications (1988)
  • Benazir Bhutto, Daughter of The East, Hamish Hamilton (1989)
  • Benazir Bhutto, Daughter of Destiny, Simon and Schuster (1989)
  • Benazir Bhutto, Benazir Bhutto Defends Herself, Rhotas Books (1990)
  • Benazir Bhutto, Issues in Pakistan, Jang Publishers (1993)
BIOGRAFI
Benazir Bhutto (kelahiran Karachi, Pakistan, 21 Juni 1953) merupakan wanita pertama yang memimpin sebuah negara Muslim di masa pasca kolonial. Benazir yang karismatis terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan pada tahun 1988, namun 20 bulan kemudian, kekuasaannya dijatuhkan oleh presiden negara itu yang didukung militer, Ghulam Ishaq Khan, yang secara kontroversial menggunakan Amandemen ke-8 untuk membubarkan parlemen dan memaksa diselenggarakannya pemilihan umum. Benazir terpilih kembali pada tahun 1993, namun tiga tahun kemudian diberhentikan di tengah berbagai skandal korupsi oleh presiden yang berkuasa waktu itu, Farooq Leghari, yang juga menggunakan kekuasaan pertimbangan khusus yang diberikan oleh Amandemen ke-8.
Benazir adalah anak sulung dari mantan Perdana Menteri Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto (yang digantung oleh pemerintah militer Pakistan di bawah keadaan luar biasa) dan Begum Nusrat Bhutto, seorang suku Kurdi Iran. Kakek dari pihak ayahnya adalah Sir Shah Nawaz Bhutto, seorang Sindhi dan tokoh penting dalam gerakan kemerdekaan Pakistan.
Benazir belajar di Taman Kanak-kanak Lady Jennings dan kemudian di Convent of Jesus and Mary di Karachi. Setelah dua tahun belajar di Rawalpindi Presentation Convent, ia dikirim ke Jesus and Mary Convent di Murree. Ia lulus ujian O-level (dalam sistem pendidikan Inggris, setara dengan SMA kelas 1). Pada bulan April 1969, ia diterima di Radcliffe College, Universitas Harvard. Bulan Juni 1973, Benazir lulus dari Harvard dengan gelar dalam ilmu politik. Ia juga terpilih sebagai anggota Phi Beta Kappa. Ia kemudian masuk ke Universitas Oxford pada musim gugur 1973 dan lulus dengan gelar Magister dalam bidang Filsafat, Politik, dan Ekonomi. Ia terpilih menjadi Presiden dari Oxford Union yang bergengsi.
Setelah menyelesaikan pendidikan universitasnya, Benazir kembali ke Pakistan, tetapi karena ayahnya dipenjarakan dan kemudian dihukum mati, ia dikenakan tahanan rumah. Setelah diizinkan kembali ke Inggris pada tahun 1984, ia menjadi pemimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP), partai ayahnya, di pengasingan, namun ia tidak dapat membuat kekuatan politiknya dapat dirasakan di Pakistan hingga wafatnya Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq.
Tanggal 16 November 1988, dalam sebuah pemilihan umum terbuka pertama dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, partai Benazir, PPP, berhasil mendapat jumlah kursi terbanyak di Dewan Nasional. Benazir diambil sumpahnya sebagai Perdana Menteri sebuah pemerintahan koalisi pada 2 Desember 1988 dan dengan usia 35 tahun ia menjadi orang termuda serta perempuan pertama yang memimpin sebuah negara dengan mayoritas rakyatnya beragama Islam di zaman modern.
Setelah dipecat oleh presiden Pakistan saat itu dengan tuduhan korupsi, partai Benazir kalah dalam pemilihan umum yang diselenggarakan di bulan Oktober. Ia menjadi pemimpin oposisi sementara Nawaz Sharif menjadi perdana menteri selama tiga tahun berikutnya. Ketika pemilihan umum Oktober 1993 kembali diadakan, yang dimenangkan oleh koalisi PPP, yang mengembalikan Bhutto ke dalam jabatannya hingga 1996, ketika pemerintahannya sekali lagi dibubarkan atas tuduhan korupsi.
Benazir dituduh melakukan korupsi namun belakangan namanya dibersihkan. Ia juga dituduh melakukan pencucian uang negara di bank-bank Swiss, dalam sebuah kasus yang masih tetap berada di pengadilan Swiss. Suaminya, Asif Ali Zardari, mendekam selama delapan tahun di penjara, meskipun ia tidak pernah terbukti bersalah. Ia ditempatkan di sebuah tahanan tersendiri dan mengaku mengalami siksaan. Kelompok-kelompok hak-hak asasi manusia juga mengklaim bahwa hak-hak Zardari telah dilanggar. Mantan perdana menteri Nawaz Sharif baru-baru ini meminta maaf atas keterlibatannya dalam penahanan yang berkepanjangan atas Zardari dan kasus-kasus yang diajukan melawan Benazir. Zardari dibebaskan pada bulan November 2004.
Benazir sejak tahun 1999 tinggal dalam pengasingan di Dubai, Uni Emirat Arab dan di sana ia mengasuh anak dan ibunya yang menderita penyakit Alzheimer. Ia juga berkeliling dunia untuk memberikan kuliah dan tetap menjaga hubungannya dengan para pendukung Partai Rakyat Pakistan.
Benazir dan ketiga orang anaknya (Bilawal, Bakhtawar, dan Asifa) dipersatukan kembali bersama suami serta ayah mereka pada bulan Desember 2004 setelah lebih dari lima tahun terpisah. Benazir telah bersumpah untuk kembali ke Pakistan dan mencalonkan diri kembali sebagai Perdana Menteri dalam pemilihan umum yang dijadwalkan pada November 2007 mendatang. Tanggal 18 Oktober 2007, ia kembali ke Pakistan untuk mempersiapkan diri mengahadapi pemilu. Dalam perjalanan menuju sebuah pertemuan, dua buah bom meledak di dekat rombongan yang membawanya. Benazir selamat, namun sedikitnya 126 orang tewas dalam peristiwa tersebut.